Dilematis Bicara Blak-Blakan atau Ngomongin di Belakang

Melanjutkan pembahasan topik yang pernah saya bahas dan saya diskusikan di sini, post saya "Memahami Manusia" dengan kasus yang berbeda. Setelah saya melakukan pengamatan dan mendengar cerita dari orang-orang mengenai hal ini, saya menemukan hal yang menarik untuk didiskusikan lagi dengan diri saya ataupun dengan Anda yang membaca ini. 

Saya rasa memang sangat sulit mempelajari komunikasi dalam lingkaran sosial. Manusia memang sangatlah beragam dan masing-masing memiliki kadar perangai baik dan buruk dalam diri mereka yang tentunya tidak pernah absolut dan relatif tergantung pada penilaiaan orang lain. Dalam lingkaran sosial, pada kasus ini, saya lebih memilih untuk orang lain bicara blak-blakan atau terang-terangan kepada saya tentang apa yang dia atau mereka tidak sukai terhadap diri saya daripada berbicara tentang saya di belakang karena saya pun tidak akan pernah tahu apa dan dimana letak kesalahan saya. Di sini, saya juga memiliki hak untuk membenarkan, memperbaiki, atau bahkan mengabaikan perkataan yang telah disampaikan oleh orang lain tersebut kepada saya. Tentunya, hal ini juga berlaku pada orang lain. 

Source: Pinterest

Namun, ada hal yang masih mengganjal dan menjadi pertanyaan dalam diri saya. Apakah orang lain bisa menyampaikannya dengan 'baik-baik'? Maksud saya di sini adalah dengan menggunakan bahasa, tutur kata, dan kalimat yang baik dan tidak menyakiti hati. Saya rasa ini adalah salah satu hal yang sulit diterapkan pada beberapa orang, karena seperti yang kita tahu orang punya cara masing-masing dalam berkomunikasi. 

Tapi, saya sendiri masih percaya bahwa manusia pasti memahami ungkapan lidah lebih tajam daripada pisau--mulutmu harimaumu, ungkapan yang memiliki maksud yang jelas agar manusia berhati-hati dalam berbicara, karena dalam hal ini perkataan seseorang dapat menyakiti hati orang lain dan bahkan bisa  juga berakibat pada kematian secara tidak langsung. 

Jadi, poin yang saya ingin garis bawahi pada topik dilematis bicara blak-blakan atau ngomongin di belakang ini adalah kita sebagai manusia lebih baik tidak berbicara di belakang dan dianjurkan untuk bicara terang-terangan kepada orang lain tentang hal yang tidak disukai terhadap dia atau mereka. Tapi, saya rasa bicara blak-blakan atau terang-terangan di sini juga memiliki tata cara yang bahkan telah kita pelajari dan kita pahami agar dapat mengurangi akibat buruk yang timbul nantinya.

Perihal yang kita bicarakan kepada orang lain secara terang-terangan akan diperbaiki atau tidak, dibenarkan atau tidak, bahkan diabaikan atau tidak, itu urusan nanti. Perihal kita sudah berusaha dan merasa telah menggunakan bahasa dan tutur kata yang baik, namun dia masih tersakiti atau tidak? Kita tidak pernah tahu, karena kita bukan dia atau mereka. Intinya jika kita sudah mau berusaha dengan baik, hal itu telah menjadi nilai yang sangat baik dan tercatat sebagai amalan yang baik. 

Memang komunikasi itu suatu hal yang sederhana namun saya rasa memang rumit. Jadi, jangan pernah merasa cukup untuk belajar, karena ilmu itu tidak ada habisnya jika kita mau mencari dan terus berusaha untuk memahami. Seperti judul buku yang dikarang oleh Oh Su Hyang "Bicara Itu Ada Seninya".

 

Komentar

Postingan Populer