Sebuah Catatan
Akhir-akhir ini saya sedang dilanda kegalauan, kecemasan, kegelisahan, dan hal-hal yang buruk sekali dalam hidup. Semua rasanya salah ditambah orang-orang di sekitar saya berkali-kali menyudutkan, menyalahkan, dan memberi tekanan yang banyak sekali bentuknya. Rasanya tidak ada yang mau memihak saya saat itu, padahal memang saya yang tidak mau membuka diri untuk bercerita bahkan sampai saat ini. Rasanya hidup kok benangnya kusut sekali, sampai bingung mau mengurai dari sebelah mana karena memang rasanya tidak ada pangkal dan ujungnya. Intinya, ada yang salah dengan diri saya sendiri. Saya paham betul yang saya lakukan salah dan parahnya saya berkali-kali masih melakukan hal yang sama. Tapi, yang membuat saya bersyukur adalah saya masih bisa mengingat Allah, karena saya percaya Allah tidak pernah meninggalkan saya dan tidak akan mungkin pernah.
Bibir saya diam seribu bahasa tapi otak saya memikirkan banyak sekali hal-hal ruwet dalam hidup. Rasanya kalau direka adegan mungkin akan muncul cuplikan film animasi berjudul "Inside Out" part mencari berkas tidak ketemu. Waktu itu, saya masih mau menjelajahi dunia maya sekali dua kali, masih mau bersosialisasi dengan teman-teman saya ala kadarnya. Kalau bisa dilihat secara nyata, hambar sekali ketikan chat saya waktu itu. Saya masih mau menonton televisi karena pikiran saya saat itu, saya butuh hiburan.
Saya butuh banyak hal, butuh penampung keruwetan saya saat itu tapi diri saya membenarkan untuk tidak mau terbuka. Namun yang saya butuhkan justru datang pada saya dengan cuma-cuma. Hal-hal yang membuat saya semakin lebih bersyukur adalah banyak sekali perantara Allah dalam menyadarkan dan mengingatkan saya untuk selalu kembali dalam kebaikan meskipun memang berkali-kali masih saya abaikan bahkan sampai saat ini. Hati saya terlalu sempit, padahal Allah sudah menasihatkan tentang kelapangan hati berkali-kali pada saya. Padahal sudah berkali-kali saya mengusahakan supaya hati menjadi lapang, namun masih saja sempit. Kalau soal teori usaha untuk melapangkan hati, alhamdulillah saya sudah punya sedikit ilmu, mungkin praktiknya saja yang kurang di gas.
Hal yang saya katakan cuma-cuma itu datang dalam bentuk sederhana. Allah ingatkan saya melalui dialog pemeran-pemeran acara televisi yang saya tonton. Allah ingatkan saya melalui story bahkan balasan chat teman-teman saya di segala akun media sosial yang saya kunjungi. Allah ingatkan saya melalui kalimat-kalimat pada buku-buku yang saya baca. Allah ingatkan saya pada hal-hal yang sangat sederhana sekali karena benar-benar sekali lewat di kehidupan saya, yang bahkan jika dipikir kembali belum tentu saya bisa tersadar seketika akan segala itu jika akal dan hati saya tidak bekerja juga jika bukan atas kuasa Allah.
Saat itu, saya merasakan lebih tenang dan benang kusut di hidup saya mulai terurai. Meski memang hal ini masih banyak lubang di sana-sini, tapi masih panjang untuk mencari ujung benang yang kusut itu karena sewaktu-waktu mungkin bahkan sudah pasti bisa kusut lagi. Ini salah satu dari sekian fase kehidupan menjadi manusia yang akan terus berputar menjadi sebuah siklus kehidupan.
Saya percaya semua orang memiliki perbedaan dalam sudut pandang mengilhami dan memahami banyak hal, termasuk menangani 'diri sendiri'. Tidak semua yang saya, kamu, atau dia lakukan bisa ampuh diterapkan pada masing-masing diri. Namun, saya percaya diri kita bisa menemukan caranya. Kita tinggal di dalam diri kita sendiri, lalu sudah seharusnya kita bisa mengenali diri kita sendiri. Kalau belum sekarang, tidak ada kata terlambat untuk melakukannya. Akhir kata, saya selalu punya energi positif jika mendengar salah satu dari sekian kalimat favorit saya. "Panjang umur untuk hal-hal yang baik."
Komentar
Posting Komentar