Kata Bapak Saya
"Jadi orang itu jangan pernah silau sama kehidupan orang lain."
Semakin ke sini, saya merasa bahwa semakin banyak nasihat yang diberikan ibu dan bapak kepada saya. Dari hal-hal yang sederhana sampai yang rumit tentang kehidupan. Saya bersyukur dan merasa semua itu memang sangatlah berharga untuk bekal saya di masa depan. Alhamdulillah, saya masih mau berusaha memaknai dan insyaallah berusaha untuk menerapkannya satu per satu.
Kalimat yang berada di bagian paling atas tulisan saya ini adalah salah satu nasihat bapak yang paling saya ingat. Menurut saya, nasihat itulah salah satu alasan yang senantiasa membuat saya tidak pernah lupa untuk selalu bersyukur atas apa yang saya miliki. Iya betul, lagi-lagi tentang bersyukur.
Saya menyadari bahwa saya sering iri dengan kehidupan atau pencapaian orang lain. Apalagi di zaman digital seperti sekarang, yang di media sosial kita bisa melihat kepura-puraan manusia di dalam kehidupannya masing-masing. Seperti yang kita tahu bahwa media sosial adalah salah satu sarana untuk menampilkan snippet of someone's life, dan yang jelas yang ditampilkan adalah yang baik-baiknya saja.
Saya cenderung tidak suka untuk terlalu lama membuka media sosial yang saya rasa cukup destruktif, meskipun saya pun mengakui bahwa saya adalah salah satu pengguna yang juga manusia. Tak dapat dipungkiri pula bahwa di sana saya juga hanya menampilkan hal-hal yang baik yang mungkin jika orang lain melihat kemudian berpikir betapa sempurna hidupnya, seperti yang juga saya pikirkan ketika saya mampir di profil orang lain.
Dulu, saya sempat selalu ingin untuk mengomentari story atau post yang muncul di timeline media sosial saya, betapa bahagia hidupnya yang sepertinya bisa haha hihi setiap hari--singkatnya saya iri. Namun, semakin ke sini saya mencoba untuk menghargai apa yang orang lain ingin bagikan untuk saya sebagai salah satu followers mereka, karena itu adalah hak mereka untuk melakukannya. Saya memilih untuk mensenyapkan akun atau buru-buru menutup akun media sosial saat itu juga jika saya merasa diri ini sudah mulai ada keinginan untuk mengomentari, iri, dsb. Mungkin itulah langkah yang paling tepat dan alhamdulillah memang sudah difasilitasi oleh si-pencipta-aplikasi-media-sosial supaya tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Oleh karenanya, saya selalu ingat nasihat bapak saya untuk tidak silau dengan apa yang saya lihat di hidup orang lain, karena toh pada dasarnya masing-masing dari kita punya kecacatan-kecacatan yang hanya saja tidak kita tampilkan.
Bapak saya juga pernah berpesan untuk tidak pernah malu dengan apa yang dimiliki. Intinya alhamdulillah, bersyukur karena mungkin di luar sana saya masih jauh lebih beruntung untuk bisa merasakan ini dan itu. Jangan lupa pula untuk senantiasa berbuat baik kepada orang lain atau menjadi orang yang bermanfaat bagi hidup orang lain.
"Sudahkah saya bersyukur hari ini?" tanyakan itu pada dirimu setiap hari.
"Sudahkah saya bersyukur hari ini?" tanyakan itu pada dirimu setiap hari.
Komentar
Posting Komentar