Menyelaraskan Sebuah Kekeliruan


Saya tak ubahnya seorang manusia yang menginginkan adanya kemenangan dan ketenangan dalam diri. Saya ialah pribadi yang taat namun bukanlah yang senantiasa. Ada kalanya diri berontak, entah bakal menang atau tidak. Berontak adalah sebuah bentuk nyata ekspresi diri seorang manusia. Saya rasa selagi pemberontakan yang dilakukan masih manusiawi tidak apa-apa.

Bagi saya yang perfeksionis ini kesempurnaan adalah yang utama. Saya menuntut sebuah kemenangan pada diri saya. Namun, diri ini tidak pernah mampu untuk tidak keliru. Menurut saya, keliru adalah benar yang tertunda. Di sini saya juga menuntut sebuah ketenangan atas kemenangan yang saya agungkan. Adalah kiranya kekeliruan itu dapat diusahakan agar menjadi sebuah kebenaran, bukan, melainkan agar menjadi sebuah bentuk yang benar. 

Mengapa saya tidak mau menyebut itu kebenaran? Saya rasa apabila sebuah bentuk benar itu disebut-sebut sebagai kebenaran terdengar jauh artinya, salah makna dan kurang pas. Bagi saya makna kebenaran adalah yang tejadi karena dari awalnya sudah betul-betul benar, sedangkan benar belum tentu merupakan suatu kebenaran. 

Tiada seorangpun manusia yang tercipta sempurna meskipun pada hakikatnya diciptakan menjadi yang paling sempurna di antara selainnya. Sehingga, bagi saya pernah keliru adalah tidak apa-apa. Berkatnya diri dapat belajar menjadi benar dan senantiasa berbenah. 

Apabila hidup senantiasa benar melulu tanpa tahu yang keliru, saya rasa itu namanya bukan hidup. Karena bagi saya kehidupan akan selalu menerangkan pun menjelaskan sebuah proses yang melibatkan 'kekeliruan' sebagai dasar pembelajaran hingga tercipta bentuk yang 'benar' dalam suatu peristiwa. Dengan catatan apabila dalam proses yang panjang itu manusia mampu mengolahnya dengan cara yang baik.

Menurut saya, keliru tidak pernah salah selama dirinya-si-keliru ini diproses menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam sisi kehidupan seseorang. Di sini saya menggaris bawahi kekeliruan dan bentuk benar dengan hati-hati karena keduanya merupakan lawan yang sungguh bertolak-belakang yang saya yakini apabila berjalan beriringan mampu menciptakan sebuah keselarasan yang sangatlah melengkapi satu dengan yang lainnya. 

Dengan kekeliruan itu manusia mampu berproses, berbenah menjadi manusia yang sesungguhnya, menjadi manusia yang lebih baik lagi setiap jengkal kehidupannya. Sehingga, muncul juga suatu titik dimana manusia dapat menyempurnakan dirinya yang notabene-nya tercipta sebagai makhluk yang paling sempurna itu sendiri, karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa manusia memiliki akal dan hati yang dapat digunakan untuk memaknai tiap sisi kehidupannya di dunia, dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. 

Saya mengajak siapapun yang telah meluangkan waktunya membaca tulisan saya ini untuk tidak takut apabila keliru (salah) dalam sebuah lingkaran sosial. Mempelajari sebuah kekeliruan yang dialami diri sendiri bahkan orang lain dengan teliti akan membawa kita kepada sebuah bentuk yang benar di kemudian hari.

Singkatnya, 'tidak jatuh di lubang yang sama'.

Mengejar sebuah kemenangan yang diinginkan dengan menciptakan ketenangan dalam diri merupakan kunci yang harus digenggam erat-erat dalam kehidupan. Mari senantiasa untuk semangat berproses menjadi manusia yang lebih baik lagi setiap detiknya dengan langkah kecil dan menjadikannya ribuan, jutaan, hingga milyaran langkah kecil yang dapat dibagikan dengan orang lain.

Komentar

Postingan Populer