Antara Impian dan Batasan

Saya jadi rindu menjadi anak-anak. Meskipun sekarang kalau ada yang bilang saya masih anak-anak dan kekanak-kanakan buru-buru saya marah. Padahal, kekanak-kanakan itu pasti ada setidaknya secuil dalam diri manusia. Seperti yang diulas oleh Aan Mansyur dalam Medium yang judulnya 'Mengajar Orang Dewasa' merupakan salah satu pidato dari seorang anak bernama Adora Svitak ketika berpidato di depan ratusan orang dewasa di Amerika pada saat usianya 12 tahun. Dalam ulasan tersebut saya kemudian menyadari bahwa anak-anak memang punya imajinasi, pemikiran mulia, tanpa ada batasan-batasan mereka untuk bermimpi. Meskipun, dalam hal ini tidak semua anak-anak yang kita temui bersikap demikian, tapi saya yakin jauh dalam hati mereka ada secuil dari impian-impian tak berbatas yang mereka punya.

Mereka bermimpi menjadi seorang presiden, astronot, pilot, dll. Bahkan, ada yang bermimpi untuk mendamaikan dunia. Saya jadi ingat, sewaktu saya masih anak-anak saya punya mimpi untuk menjadi seorang dokter. Tidak ada kata mustahil dalam hati dan pikiran saya ketika itu untuk bermimpi menjadi seorang dokter. Namun, setelah saya menginjak masa remaja dan telah melalui asam-manis-asin-dan pahitnya hidup selama lebih dari satu dasawarsa, kemudian saya memutuskan untuk mengubur mimpi saya menjadi seorang dokter. Di sini kata mustahil mulai muncul dalam mimpi-mimpi saya. Meskipun, detik ini juga saya masih mempunyai puluhan lebih mimpi yang ingin saya wujudkan dengan amat sangat. 

Dari pemikiran-pemikiran ini, dapat saya simpulkan bahwa terdapat dua sisi yang menarik bagi saya. Pertama, saya rindu menjadi anak kecil yang bisa bermimpi, berangan, berimajinasi tanpa ada batasan-batasan dan kemustahilan yang timbul dalam hati dan pikiran saya. Kedua, pada dasarnya semua ini tentang fakta, kenyataan hidup dan berfikir realistis. Ketika kemustahilan itu muncul dalam diri, maka pikiran realistis itulah yang juga mulai muncul dalam diri. Sebab, ketika masih anak-anak kita belum mengerti dan mafhum tentang diri kita sendiri. Kemudian, ketika kita telah melalui banyak hal dan mengerti apa yang kita suka dan tidak suka, maka dari situlah kita tahu apa yang terbaik untuk diri kita sendiri. 

Komentar

  1. tapi masih ada waktu untuk menggapai, dan ke-masih ada waktu-an itu juga realita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya mas, aku cuma beropini tentang impian dan masa kanak-kanak.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer